“Fina.“,temanku memanggil dengan suara yang
cukup keras. “Ia, sebentar Put.” aku pun datang menghampirinya. Dia adalah salah
satu sahabat terbaikku, Putri namanya. Kami berdua sekolah di SMAN 1 Bekasi dan
berada di kelas yang sama yaitu 3Ipa5. Kami adalah wanita berkerudung lebar
yang sering disebut ‘akhwat’ dan memiliki visi yang sama dalam berjuang di
jalanNya. Salah satu langkah yang kami ambil yaitu menjadi aktivis dakwah di sekolah
ini.
“Kamu tahu gak kabar tentang Farhan??”tanya
Putri di hadapanku. “Farhan?Gak, memangnya ada apa?”tanyaku sambil berjalan ke
tempat wudhu di masjid SMA. “Ya sudah, nanti aja aku ceritain. Ayo duha dulu!”jawabnya
cuek mendahuluiku ke tempat wudhu. “iiihh.. Putri.”dengan wajah cemberut aku
sedikit berlari mengejarnya..
Hari ini adalah hari seperti biasanya.
Tidak ada sesuatu yang istimewa di hari ini. Sampai berita yang kudengar dari
sahabatku ketika selesai melaksanakan Shalat Dhuha. Tentang Farhan, teman
sesama aktivis dakwah yang kabarnya akan segera ‘menembakku’. Aku tak
mempercayai kabar itu karena Farhan adalah seorang ikhwan yang benar-benar
konsisten dalam berdakwah dan pandai menjaga ‘hijab’ ketika berhadapan dengan wanita.
Dan aku pun menghormatinya.
“ah.. Yang bener Put? gak mungkin!”sahutku
masih tak percaya mendengar kabar itu. “Beneran, orang aku tahu dari Brandon
sahabatnya”jawabnya meyakinkanku. Area masjid tempat kami mengobrol memang
sudah sepi. Hanya tinggal tumpukan buku dan mukena di lemari. Aku pun beranjak
dari dudukku dan membereskan buku-buku yang berantakan. “Fin! Yeee… ni orang
malah ninggalin”sahut Putri bangkit dari duduknya. “Sudahlah Put, itu palingan cuma
gosip. Buat apa juga diurusin??.”jawabku sambil tersenyum dan kembali
melanjutkan kegiatanku ini. “Tapi kan...”sahut Putri, “Udeee.. Mending bantuin beres-beres buku”kataku
memotong ucapannya sambil tetap beres-beres. “Urgh..”gerutunya, tapi akhirnya
membantuku membereskan buku-buku itu. Obrolan-obrolan kami pun berlanjut
menjadi pembicaraan ringan.
Terpikir olehku akan berita yang baru
saja kudengar, apakah mungkin seorang ikhwan seperti itu? Hatiku bergemuruh
merasakan sesuatu yang mengalir aneh yang membuat detak jantungku semakin
cepat. “Ada apa ini?”batinku. Teet... Bel pun berbunyi tanda waktu istirahat
telah usai. ”Fina, ayo masuk!”kata Putri menyadarkan lamunanku. “I..Iya”jawabku
singkat. Kami pun mengakhiri kegiatan kami dan kembali ke kelas untuk belajar.
Kejadian di masjid pun segera
terlupakan oleh kesibukanku dalam mempersiapkan acara kajian rutin tahunan sekolah.
Pada acara ini, aku mendapatkan amanah menjadi sekretaris. Dan atas kesepakatan
musyawarah, panitia acara ini diketuai oleh Farhan, nama seorang ikhwan yang kuhormati
itu.
Hari demi hari terus berganti. Tak
terasa waktu acara kajian tinggal sebulan lagi. Aku bersama panitia lain
menjadi lebih sibuk dari biasanya. Tak terasa aku dan Farhan menjadi semakin
dekat karena tuntutan amanah di kepanitiaan ini. Sulit rasanya menepis rasa
deg-degan ketika aku bertemu dengannya untuk mengurus hal-hal yang berkaitan
dengan acara ini. Rasa khawatirku tentang berita yang disampaikan Putri pun
semakin bertambah. “Astaghfirullah..”batinku mengingat hatiku telah lalai dan
termakan oleh fitnah ini. “Perjuangan ini tidak boleh dikotori”tekadku dalam
hati.
***
Pada suatu malam yang terang dengan
cahaya rembulan, saat aku sedang belajar di kamarku, hpku berdering tanda ada
sms masuk. Kulihat pengirimnya adalah Farhan. Segera saja kubaca isi sms itu. “Assalamu’alaikum
ukhti. Bagaimana proposal dananya? Sudah selesai?”. “Wa’alaikumussalam, sudah.
Besok saya kasih.”kubalas dengan singkat. “Oh, ya udah. Kalau begitu, kamu
besok ke kelasku ya ukh..^_~”balasnya demikian. Jantungku mulai berdebar
kencang ketika kulihat ada smiley aneh pada sms itu. Kubaca berulang kali, namun
tak kumengerti maksudnya.
Aku pun menutup bukuku dan beranjak ke
tempat tidur. Berbaring dengan pikiranku yang masih melayang dan bingung. “Apa
ya maksudnya? Apa jangan-jangan!?hmm”batinku terusik. Angin malam berhembus
dengan lembut masuk ke dalam kamarku. Kurasakan suatu keheningan malam yang
belum pernah kurasakan. Cahaya rembulan berbayang menyinari sudut kamarku.
Lama-lama mataku terpejam. Pikiranku tentang sms itu pun perlahan-lahan mulai
hilang. Dan aku pun tertidur dalam kelembutan malam yang indah.
Esoknya, aku pun berangkat sekolah
seperti biasanya. Ketika istirahat, aku siapkan sebuah proposal dana dalam
amplop coklat bertali. Kudekati Putri yang sedang mengerjakan tugas kimia di
mejanya. “Put, temenin yuk…”kataku sambil menggaet tangannya. “Kemana Fin?? Aku
lagi ngerjain tugas nih. Nanti dikumpulin soalnya. Mang kamu uda??”jawabnya
sambil tetap menulis tugas. “Belum sih, tapi nanti aja. Temenin yuk sebentar.
Aku cuma pengen ngasih proposal dana ke Farhan kok. Mau ya??Ga enak kalo aku
sendirian”kataku lagi sambil membujuknya untuk ikut. Putri pun menoleh
menatapku sambil tersenyum penuh arti. “Sendiri aja gih! aku lagi ngejar tugas
neh. Kamu enak pinter.”sahutnya sambil kembali melanjutkan tugasnya.
Dengan wajah cemberut, aku pun
meninggalkannya dan segera menuju ke kelas Farhan. Jantungku mulai berdegup
dengan kencang, perasaan ini menjalar ke seluruh tubuhku. Sesampainya di kelas
Farhan, kulihat ia sedang belajar. “Farhan!”kupanggil dia. Namun ia tidak juga
menoleh. Akhirnya kuminta bantuan pada temannya untuk memanggilnya. Tak lama
kemudian, Farhan pun segera menghampiriku. Aku pun menundukkan pandanganku.
Karena dalam Islam diajarkan untuk menundukkan pandangan ketika bertemu dengan
lawan jenis, agar terhindar dari fitnah. “Ini, proposal dananya”kumulai
pembicaraan sembari kuberikan amplop coklat padanya. “Oh, makasih Fin.”diambilnya
amplop coklat itu. Tangannya tak sengaja bersentuhan dengan jemariku. Jantungku
berdegup semakin kencang. “I..Iya.”sambil kubalikkan badan dan kembali
melangkah ke kelas. Dalam perjalanan kembali ke kelas, timbul perasaan aneh
yang membuat sekujur tubuhku berkeringat. Terasa angin berhembus semakin
kencang. Menerpa wajahku dengan bisikan halus, “Fina, aku suka kamu.” Waktu
seakan berhenti, terdiam aku mendengar kalimat itu. Tubuhku menjadi kaku dan
dingin. Aku menoleh ke belakang tempat aku bertemu dengannya, namun aneh tidak
ada siapa-siapa. “Bisikan siapakah itu?” Entahlah, angin pun hanya membisu tak
menjawab. Kulanjutkan langkahku kembali ke kelas.
***
Waktu tidak terasa cepat berlalu. Kejadian
aneh itu akhirnya terlupakan juga. Hari ini, acara kajian rutin pun berlangsung.
Terlihat banyak kerumunan manusia yang haus akan ilmu berdatangan ke aula,
tempat dilaksanakan kajian itu. Aku dan panitia lain sibuk melakukan tugas kami
masing-masing yang sudah dibagikan pada syuro’
kemarin. Aku mendapat tugas menjadi resepsionis acara. Saat acara akan dimulai,
datang seorang akhwat dengan jubah dan jilbab hitam, aku pun mempersilahkannya
untuk mengisi daftar tamu. Namun, tiba-tiba saja ia memberikan secarik kertas
yang berisikan “Wanita adalah permata yang tersembunyi di balik embun”. Kubaca
berulang kali kalimat tersebut, lalu mataku terpejam membayangkan kemuliaanNya
di dunia ini. Tiba-tiba air mataku menetes membasahi pipiku. Dan tanpa
kusadari, Farhan memperhatikanku. Ia sudah berada di depanku, entah sejak
kapan. “Ukh, kenapa?”tanyanya sambil menyodorkan tisu ke hadapanku. “Mmm, ga
apa-apa.”kuhapus air mataku tanpa mengambil tisu darinya. Aku pun beranjak dari
tempat dudukku dan pergi meninggalkannya.
Setelah acara selesai, aku pun pergi
meninggalkan aula tempat panita sedang melakukan evaluasi. Rintik hujan mulai
turun membasahi bumi. Aku duduk sendirian di bawah pohon beringin dekat aula. Kurasakan
hangatnya kebesaran Allah yang mulai menyapaku. Kulihat awan hitam di langit
sana, tiba-tiba saja bayangan Farhan datang. “ah, kenapa bayangan dia mulai
menghantuiku?”batinku. Secara tidak kusadari, Putri pun menghampiriku. “Fin,
yee maen ujan-ujanan ni bocah. Ayo masuk, dicariin pak ketua!”ajaknya padaku.
“Farhan?Ada apa dia mencariku?”hatiku pun bertanya-tanya. Aliran darahku
semakin cepat, secepat hujan yang turun membasahi tubuhku.
Saat ku tiba di ruang aula, kulihat
ada sosok Farhan dan Brandon, sahabatnya. Aku menjadi semakin penasaran. Aku
duduk di hadapan mereka berdua di sebelah sahabatku Putri. “Ada apa akh?Kemana
yang lain?”tanyaku membuka pembicaraan. “Yang lain uda pulang duluan Fin,
Farhan ada perlu sama kamu.”jawab Putri di sampingku. “Lalu, ada apa antum
memanggil saya? Saya juga ingin segera pulang.”kataku pada Farhan sambil
beranjak dari dudukku. Namun Putri menghentikanku,”uda, kamu duduk dulu. Ada
yang mau kita omongin.”kata Putri. “Ada apa?”tanyaku pada mereka.
Cahaya senja mulai datang menghampiri.
Tak terasa hujan telah berhenti dan sore telah datang. Namun,air mataku tak
henti-hentinya keluar di hadapan mereka. Mendengar kalimat “Aku suka kamu Fina”
dari mulut Farhan, seorang ikhwan yang kukenal konsisten di dunia dakwah. Aku
menangis bukan karena ia menyatakan perasaannya. Aku menangis karena aku prihatin
akan perjuangan dan hijabku yang tercoreng dengan fitnah ini. Putri pun
berusaha menghiburku, Farhan dan Brandon tidak bisa berbuat banyak karena aku
segera membelakangi mereka. Aku tak ingin air mata ini terlihat oleh orang yang
bukan muhrimku. Pipiku telah basah oleh air mata. “Kenapa akh?Kenapa antum
menghancurkan perjuangan saya?Kenapa antum menyatakan perasaan suka
antum??”tanyaku dalam isak tangis dan tetap membelakangi mereka. Brandon pun
ikut angkat bicara,”Gini ukhti Fina,,,”, namun langsung dipotong oleh
Farhan.”Biar gue yang jelasin Don!”tegasnya. “Aku suka kamu karena kecantikanmu
sudah lama kukagumi. Aku tahu, aku telah mengotori perjuangan kita. Aku hanya
ingin mengetahui bagaimana perasaanmu kepadaku. Makanya, aku memanggilmu
bersama sahabat-sahabat yang kita percaya.”sambung Farhan mencoba
menjelaskannya padaku. Entah kekuatan dari mana, namun tangisku segera terhenti.
Tersungging senyuman yang indah di wajahku dan kutatap Putri sahabatku. Kuhapus
air mataku dan kubalikkan tubuhku ke hadapan kedua ikhwan itu. “Saya tidak
cantik, karena tidak ada wanita yang cantik. Yang ada hanya laki-laki yang
terpedaya oleh kecantikan wanita. Cinta saya hanyalah untuk perjuangan
ini.”kujawab dengan tegas pada mereka yang ada di ruangan ini.
“Fin,, Fina... woi.. uda masuk..
Ngelamun terus! Ngelamunin Farhan ya??Cie..”kata Putri menyadarkan lamunanku.
Kulihat di sekitarku hanya ada Putri dan tumpukan buku serta mukena. “Tidak
nyata.”batinku. Aku pun mulai tersenyum pada Putri. Aku jawab pertanyaannya, “Wanita
adalah permata yang tersembunyi di balik embun. Kemuliaan dariNya ini hanya
untuk perjuangan di jalanNya.” Putri heran mendengar kata-kata itu, namun “Ayo,
uda masuk Put!”kataku sebelum dia komentar. Aku pun memetik suatu pelajaran
indah yang ditunjukkan olehNya padaku dan tak akan pernah aku berhenti dan
mengotori perjuangan ini.
oleh : Angger Mahamafrudho (Mahasiswa Univ. Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar