Ada Apa Denganku ?

“Siap grakk!Setengah lencang kanan grakk!”ketua kelompok membariskan kami di sebuah lapangan rumput di depan Departemen Farmasi Universitas Indonesia dalam rangka kegiatan penerimaan mahasiswa baru. Aku adalah seorang laki-laki berkacamata, Adi namaku. Asalku dari suatu pedesaan daerah Pekalongan yaitu Wirodeso. Meski dari desa, aku adalah anak yang bergaul seperti kebiasaan orang-orang kota. Hari ini adalah hari pertamaku masuk kuliah di Universitas Indonesia. Kegiatan ini pun kujalani dengan penuh semangat sebagai mahasiswa baru di kampus ini.
***

“Ayu, kenapa kamu?”tanyaku pada seorang wanita berjilbab saat berada di gedung Farmasi. Kulihat ia sedang menangis meneteskan air mata. “Aku bingung Di. Aku lagi ada masalah.”jawabnya sambil mengusap air matanya. Keadaan di kelas itu memang sedang sepi, hanya kami berdua yang masih ada di kelas itu, sedangkan teman lainnya sudah pulang. Cahaya senja pun mengintip dari jendela. “Ya uda, cerita aja.!”kataku padanya sambil menenangkannya. Akhirnya ia menceritakan masalahnya yang berkaitan dengan aliran Islam yang menyimpang. Ia tidak bisa keluar dari aliran sesat itu karena membutuhkan keberanian juga biaya yang besar untuk membayar dendanya. Dan yang lebih parah lagi, ancaman kematian harus dihadapi jika sekali-kali berniat keluar. Bulu kudukku merinding, tak percaya dengan apa yang diceritakannya. Namun, ia tetap meyakinkanku dengan tangisnya yang tertahan. “Hmm,, begitu ya. Jujur aku tak mengerti akan masalahmu ini, tapi aku akan coba membantumu mencari jalan keluarnya.”kataku mencoba untuk menenangkannya. Ya, memang aku masih sangat hijau mengenal Islam. Di kampung dulu, aku hanya diajari ngaji Al-Qur’an, itupun juga tidak khatam-khatam. Akhirnya, akupun mengajaknya untuk pulang bersama, karena ia takut diteror di tengah jalan oleh orang-orang dari aliran sesat itu.

Malamnya, dengan kaos dan celana jins yang kukenakan, aku berangkat ke kosan Ayu karena sudah berjanji untuk membantunya. Meskipun  aku masih tak tahu bagaimana cara membantunya. Ketika hampir sampai di kosannya, kulihat dari jauh ada banyak orang yang memadati kosan Ayu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang sudah tua dan berjanggut serta mengenakan sorban. Aku sempat terdiam sejenak, “ada apa ini??”batinku mulai bertanya-tanya. “TOLONGGGG!!!!”terdengar suara yang sangat keras dari arah keramaian itu. Aku mengenali suaranya, “Ayu!”. Segera saja kuberlari menuju keramaian itu. Suara isak tangis seorang wanita semakin terdengar, lirih sekali. Saat aku sudah berada di keramaian itu, aku mencoba masuk ke kosan itu, namun tidak bisa. Mereka semua menghalangiku dengan badannya yang besar-besar. “Ayu!!!”teriakku sambil tetap berusaha mendorong melesak ke dalam keramaian itu. perasaan khawatirku semakin bertambah, karena suara isak tangisnya semakin melemah. “Ayuuuu!!”teriakku saat kulihat tubuhnya penuh dengan darah yang keluar deras dari kepalanya. Jilbabnya pun tak sanggup menahan aliran darah itu.. “Woi,, Minggir!!!!”akupun semakin berusaha keras mendorong orang-orang tua yang berada di hadapanku ini. Suara burung hantu pun seolah meneriakiku untuk segera menyerah. “Minggir..!!”kulihat Ayu tergeletak di tanah begitu saja. Tubuhnya menggelepar bagaikan ikan yang berada di darat. Namun tiba-tiba...
***

Saat kubuka mataku, aku tak bisa melihat apa-apa. Mataku telah ditutupi suatu kain dengan kuatnya. Kedua tangan dan kakiku pun telah terikat. Hanya mulutku saja yang tak tertutup apa-apa, namun aku terlalu lemah untuk berbicara. Kurasakan hawa dingin menyelimuti tubuhku. Seluruh kulit tubuhku merasakan kasarnya tanah tempat ku berbaring ini. Aku merasa seperti orang yang sedang telanjang. “Dimana aku?”batinku bertanya. Akupun hanya bisa berdiam diri karena tubuhku terlalu lemah, seolah-olah semua tubuhku telah habis tak bersisa.
“Ayu!”tiba-tiba saja aku teringat padanya. Aku tak tahu bagaimana keadaannya sekarang. Akupun tak tahu bagaimana aku bisa berada dalam kondisi seperti ini. Seolah-olah, ada sesuatu yang telah hilang dari pikiranku. Air mataku pun mulai menetes membasahi pipiku. “Aku tak bisa membantunya.”batinku pun turut menangis. Aku hanya bisa berbaring tanpa daya. Ingin sekali kumencari tahu kabarnya, meskipun aku sudah putus asa dia akan baik-baik saja. Siang dan malam silih berganti, aku tak bisa bangkit sama sekali. Berkata pun masih sangat sulit. Berhari-hari sudah aku tidak makan dan minum, tenggorokanku sangat haus dan perutku sangat lapar. Aku hanya bisa pasrah dengan keadaan ini. Tangisanku pun sudah menyerah dan hanya mengering di pipiku.

Namun, di suatu pagi, “Plakk!!”, “ahhh!!!!!!”tiba-tiba kurasakan pecutan di punggungku. Sakit sekali rasanya, namun aku tidak bisa berteriak sama sekali. “Siapa KAMU?!!!!”terdengar suara yang keras. Aku tak bisa menjawabnya, aku hanya bisa menggeliat-liat menahan rasa sakit yang terasa di punggungku. “Sial!”batinku. “Plakkk!!!”kini pecutan itu mendarat tepat di wajahku. “Siapa KAMU?!!!”tanyanya dengan nada yang masih membentak. Aku tetap diam, tak bisa mengucapkan sepatah katapun meski mulutku tak disumbat apapun. “kemana suaraku?!”batinku mulai merasakan ketakutan. Kurasakan darah mengucur deras di wajahku. Sekali lagi, aku hanya bisa menggeliat-liat tanpa mampu berbuat apa-apa. Gelap, sakit, takut, perih, kosong, lapar, semua keburukan dunia sedang kurasakan saat ini. “Apa salahku??”batinku menangis. Semua rasa itu hanya mampu kumenahannya. “Sakkiiiit!!”batinku. Namun, tak kurasakan pecutan-pecutan itu lagi.

Tak lama kemudian, terdengar banyak suara tangisan menggema di tempat ini. Dan ada salah satu yang kukenali, tangisan ibuku. “Darimana tangisan itu?”batinku mulai bertanya. tangisan ibuku semakin menggema. Ingin rasanya aku menangis, namun tak mampu kulakukannya. “Ibu...”hanya batinku yang mampu menangis. Aku tak bisa menangis lagi, air mataku telah habis. Tubuhku pun hanya terbujur kaku merasakan perih yang amat sangat di hati dan jasad. Tiba-tiba, terpikirku akan segala dosa-dosaku pada beliau. Sering memakinya ketika ku disalahkan, sering membuatnya menangis akan tingkah lakuku, bahkan aku pernah memukulnya saat sedang benar-benar emosi. “Andai waktu bisa kuputar”batinku. Tapi tidak bisa, kini aku terjebak dalam suatu kejadian yang aneh.
***

“Ya Allah, kumohon pertolonganMu. Aku tahu, hambaMu ini tak punya harga di hadapanMu. Berulang kali aku melakukan maksiat di hadapanMu, berulang kali mataku ini menatap hal-hal yang kau haramkan, berulang kali mulut ini membentak kedua orangtuaku, berulang kali lidah ini merasakan panasnya minuman keras, berulang kali tangan ini mendapatkan uang-uang haram, berulang kali kakiku melangkah ke tempat-tempat yang kau haramkan. Aku tahu aku sangat berdosa, kumohon, berikanlah aku kesempatan. Aku berjanji akan mengikuti sunnah-sunnah yang RasulMu sampaikan. Tolong aku Ya Rabbi.. Berikanlah aku kesempatan satu kali saja, keluarkan diriku dari kondisi ini. Aku mohon ya Rabb. Aku mohon..”batinku mulai menangis. Namun, tidak ada air mata yang keluar dari mata ini. Tak bisa kugerakkan lagi seluruh tubuhku, tak bisa kurasakan lagi hawa di sekitar tempat ini, aku mati rasa. Seolah-olah tubuhku menghukumku atas segala maksiat yang telah kuperbuat. Entah, berapa lama sudah aku terbaring di tempat ini. Aku takut, aku menyesal. . . Ingin kuputar waktu sekali lagi.

Tiba-tiba saja, “BANGUN!!!”suara keras menggema di telingaku. Namun, aku tak berdaya untuk bangun. Tak ada kekuatan sama sekali. “BANGUN!!!”suara itu makin keras mendekatiku. Aku merasakan tangan yang panas dan kasar mendirikanku dan menyenderkanku ke dinding. Namun, aku tersenyum. “kulitku bisa merasakan lagi.”batinku. Tangan orang itu menarik kain penutup mataku dengan sangat keras, sakit sekali rasanya. Kucoba membuka mataku perlahan-lahan, setelah lama aku hanya bisa melihat kegelapan. Namun, sosok yang besar terlihat untuk pertama kalinya oleh pandanganku. Kucoba memfokuskan mataku ini untuk melihat wajahnya, namun tetap tak bisa, karena cahaya di tempat itu menyilaukan mataku. Sesaat setelah ku mulai fokus melihat wajahnya, “Crooot!!”, mata kananku ditusuk sebuah benda tajam yang panas. “Aaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh”batinku merintih kesakitan, mulutku masih enggan untuk bersuara. Darahpun kurasakan mengalir di pipiku, sakit yang teramat sangat tak bisa kutahan lagi. Aku terjatuh dari posisiku dan menggeliat di lantai. “Ya Allaaaaahh,, ampuni aku..”batinku menangis menahan sakit ini. Mata kiriku pun terpejam membantu menahan sakit ini.

Tak hanya sampai di situ saja penderitaanku, perutku ditendang dengan sangat keras seolah-olah semua isi perutku ingin meloncat keluar. Batinku kembali merintih dan menangis. “Ya Allah..” Di saat ku menahan kesakitan atas penderitaanku ini, terdengar bisikan halus di telingaku. Sangat halus dan lembut, “Nak, kembalilah.. Ibu mendoakanmu.. Kembalilah nak..”. tangisanku semakin menjadi-jadi mendengar bisikan itu. “Ibu!!!”ingin rasanya kuberteriak.  Namun, tiba-tiba angin berhembus membelai tubuhku dengan lembut. Kurasakan kehangatan dan ketenangan yang tak pernah kudapatkan sebelumnya. Hatiku pun berhenti merintih dan menangis. Air mataku sudah tak lagi keluar. Aku tersenyum.

Sosok itu membangunkanku kembali dengan sangat kasar. Mata kiriku perlahan membuka dan melihat keadaan sekitar. “Ayu!!”batinku terkejut melihat sosoknya berada di hadapanku. “Ada apa ini?”batinku terheran-heran. Kulihat ia memegang sebuah pisau yang berlumuran darah. Ternyata selama ini, dia yang membuatku seperti ini. Tak pernah kusadari sebelumnya. “Kenapa kau Di?!!Kaget??!!”katanya kasar dengan wajah yang menyeramkan. Namun, aku tetap terdiam, hanya terpatung dan membeku. Tanpa basi-basi, ia pun menyeretku ke kursi yang tergeletak dalam tempat itu. Ia pun mendudukkanku pada kursi itu. Aku hanya bisa menurut, tak berbuat banyak. Hatiku telah memasrahkan raga ini padaNya. “Apa permintaan terakhir kau?!!”tanyanya sambil berputar mengelilingiku dengan pisau di tangannya. Namun, aku tetap terdiam membisu. Ayu pun menempelkan pisau itu di batang leherku, tajamnya pisau terasa di kulitku. Namun, aku tetap memasrahkan diri, tak berbuat banyak. Sesaat sebelum ia menggoreskan pisau itu, ku menutup mata. “Aku ingin Allah”, tiba-tiba keluar kata-kata dari mulutku ini, dan.....


***
“Allahu akbar,,allahu akbar.” terdengar suara adzan subuh berkumandang. Akupun terkejut dan melihat keadaan sekitar, “kamarku?”batinku heran. Kuingat-ingat kejadian mengerikan itu karena aku tahu itu nyata bagiku. “hayya ‘alasshalaa” suara adzan menyadarkan lamunanku. “inilah kesempatan kedua dariNya”batinku. Akupun segera beranjak menunaikan janjiku padaNya. Dan mulai detik itu, aku berusaha mengikuti risalah yang disampaikan Rasulullah dan kejadian itu tak akan pernah kulupakan, karena telah menyadarkanku akan kebenaran. Sedangkan Ayu, nama itu tak pernah terdengar lagi olehku.

 oleh : Angger Mahamafrudho (Mahasiswa Univ. Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar