“... dari perut lebah itu keluar
minuman yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia....” (QS. An Nahl :69)
Bagaimana caranya agar kita tetap
hidup sehat ketika kondisi lingkungan sedang tidak mendukung? Banyak dari kita
yang mungkin kurang mensyukuri nikmat sehat yang diberikan oleh Allah azza wa
jalla kepadanya dan baru dapat menyadari betapa penting dan berharganya
nikmat sehat ketika telah diturunkan rasa sakit terhadap tubuh kita. Berbagai
tindakan kuratif (menyembuhkan) kita lakukan dari tindakan medis dengan obat
sintetis ataupun obat herbal, hingga ke tindakan yang tidak dianjurkan dalam
islam seperti mendatangi dukun-dukun. Semua tindakan tersebut pastinya akan
mengeluarkan biaya yang tidak murah sehingga jika sakit telah datang, tidak
hanya aktivitas sehari-hari kita yang terganggu, namun keuangan pun ikut
terganggu.
Sebenarnya, Islam telah menawarkan
suatu tindakan kuratif terhadap penyakit yang tidak merepotkan dan juga terjangkau.
Terlihat seperti ayat yang diberikan di awal, Allah telah memberikan suatu
tindakan pengobatan alami yang dapat dilakukan oleh manusia untuk menyembuhkan
penyakit yang ada, yaitu madu.
Tindakan kuratif ini sudah ditawarkan Islam sejak dahulu, seperti bangsa Mesir
Kuno yang telah memanfaatkan madu sebagai penyembuhan luka. Ayat ini pun
dijadikan salah satu dasar penelitian para ahli untuk mengetahui zat-zat apa
saja yang sebenarnya ada dalam madu sehingga dapat dijadikan obat.
Namun, seperti kata pepatah
“mencegah lebih baik daripada mengobati”. Islam pun telah menawarkan tindakan
preventif (pencegahan) dengan sangat sederhana dan murah. Karena seiring
berjalannya waktu, hasil penelitian telah menunjukkan bahwa khasiat madu salah
satunya yaitu meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia jika dikonsumsi
secara rutin. Ketika mikroorganisme penyebab penyakit ataupun virus masuk ke
dalam tubuh manusia, sistem kekebalan tubuh akan melawannya dari dalam dengan
mekanisme fagositosis ataupun inflamasi. Sungguh luar biasa, hanya dengan
mengonsumsi madu secara rutin, tindakan yang sangat sederhana dan tidak terlalu
mengganggu aktivitas kita sehari-hari.
Madu dapat meningkatkan sistem
kekebalan tubuh manusia dikarenakan di dalam madu mengandung berbagai zat alami
yang berkhasiat. Di antaranya karbohidrat (disakarida dan polisakarida) yang dimetabolisme
dalam darah menjadi glukosa guna nutrisi buat otak dan memberikan energi bagi
tubuh manusia, vitamin B1 yang berperan penting dalam metabolisme
karbohidrat dan jika kekurangan dapat mempengaruhi sistem saraf dan jantung,
vitamin B2 yang berperan penting dalam metabolisme penghasil energi,
vitamin B6 yang berperan
dalam metabolisme asam amino dan glikogen dan secara tidak langsung juga dapat
meningkatkan stamina tubuh, serta masih banyak zat-zat lainnya yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh
seperti mineral, enzim diastase, enzim katalase, dan lain sebagainya.
Bayangkan, semua zat-zat berkhasiat tersebut terdapat dalam cairan kental madu
yang memberikan manfaat begitu besar bagi manusia. Maha Besar Allah yang
menciptakan segala macamnya penuh dengan manfaat bagi manusia dan sungguh
merugi manusia yang selalu ingkar padaNya.
Meskipun demikian, ada beberapa
fakta yang ironis terjadi di Indonesia. Fakta pertama, ternyata dari masyarakat
Indonesia yang jumlahnya lebih dari 200 juta penduduk, hanya sebagian kecil
saja yang rutin mengonsumsi madu. Bahkan hanya 15 gram/kapita per tahun. Coba bandingkan
dengan negara-negara luar yang ‘notabene’nya bukan negara Islam, seperti negara
Inggris, Jepang, Jerman, Prancis, dan negara lainnya, konsumsi madu mereka
rata-rata di atas 1000-1600 gram/kapita per tahun. Hal ini sungguh disayangkan,
padahal madu merupakan ajaran yang disampaikan Islam dalam kitab Al Qur’an,
namun masih sedikit sekali masyarakat Indonesia yang sadar akan manfaat madu
dan mengonsumsinya. “Sungguh, pada
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
berpikir” (QS An Nahl : 69).
Fakta lainnya yaitu maraknya
pemalsuan madu yang beredar di pasaran. Peneliti dari Universitas Setia Budi
Surakarta dan dari Universitas Brawijaya Malang melakukan penelitian terhadap
madu yang beredar di pasaran, apakah sudah sesuai dengan SNI (Standar Nasional
Indonesia) atau tidak. Dan kesimpulan yang didapatkan yaitu sebagian besar madu
yang beredar di pasaran dan memiliki merk, ternyata tidak memenuhi SNI yang
telah ditetapkan, adanya penambahan sukrosa berlebihan untuk meningkatkan rasa
manis, merusak kualitas dan komposisi dari madu alami. Selain itu, aktivitas
enzim diastase ditemukan negatif atau tidak terdapat enzim tersebut yang
berakibat khasiat madu berkurang. Sehingga madu bermerk serta mahal harganya
tidak bisa menjamin kualitas dan lebih dianjurkan untuk mengonsumsi madu alami
dari para petani lebah yang memang sudah terjamin kemurniannya.
Kedua fakta tersebut seharusnya
dapat ditangani oleh pemerintah dalam hal pengawasan madu yang beredar karena
hal ini menyangkut kesehatan masyarakatnya. Lebih baik memberikan subsidi
kepada para petani madu, meningkatkan sosialisasi tentang madu kepada
masyarakat dan mengadakan pengawasan yang baik terhadap peredaran madu di
pasaran guna menjaga kualitas madu dan meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap
madu, daripada menjanjikan undang-undang kesehatan yang aplikasinya selalu
dipersulit di lapangan dan tidak sesuai dengan harapan. Seperti pepatah di
awal, mencegah itu dimana-mana lebih baik daripada mengobati. Daripada menunggu
masyarakat Indonesia sakit dan harus berobat, lebih baik dicegah yang salah
satu caranya dengan mengonsumsi madu yang sudah jelas manfaatnya bagi manusia.
Terlepas dari fakta-fakta tersebut,
perlu ditanamkan dalam diri kita bahwa Islam merupakan ajaran yang sempurna. “...telah Aku sempurnakan agamamu untukmu
dan Aku cukupkan nikmatKu bagimu, dan telah Aku ridhoi Islam sebagai agamamu “
(Al Maidah : 3). Islam sudah menawarkan konsep kesehatan yang sangat baik
dan sederhana kepada kita, hanya dengan mengonsumsi madu kita bisa menjaga
kestabilan kesehatan kita di tengah kondisi lingkungan yang semakin tidak baik.
Cukup diminum rutin sebelum beraktivitas dan menjelang tidur satu sendok makan
saja, mudah kan? Allah selalu Mengetahui yang terbaik bagi ummatNya, namun
sayangnya ummatNya tidak menyadari betapa besar kepedulianNya terhadap mereka.
Mari kita jadi ummatNya yang senantiasa bersyukur terhadap nikmat kesehatan
yang telah diberikan dengan menjaga nikmat tersebut dan beribadah kepadaNya.
oleh : Angger Mahamafrudho (Mahasiswa Univ. Indonesia)
Referensi :
-
Al Qur’an dan terjemahannya
-
Soenarwo, Briliantono. 2009. “Allah Sang
Tabib”. Jakarta : Al Mawardi Prima
-
Murray, Robert., Daryl Granner., Victor
Rodwell. 2009. “Biokimia Harper Ed 27”. Jakarta : EGC
- Suseno. 2009. “Uji Mutu Madu yang
Dipasarkan di Pasar Gede Surakarta Ditinjau dari Kandungan Enzim Diastase,
Aktivitas Enzim Diastase dan Kadar Sukrosa”. Surakarta : Universitas Setia
Budi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar